Kategori
Opini

Pemilih Muda dan Literasi Politik Digital

Ahmad Ali Imron, Pranata humas dan alumnus magister Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

DIPERKIRAKAN pemilih muda akan mendominasi pada gelaran Pemilu 2024. Jumlah mereka diprediksi akan menyentuh angka 60% dari keseluruhan pemilih tetap. Hal ini tentu menjadi kesempatan dan perhatian bagi peserta pemilu atau partai politik. Seyogyanya tidak hanya berkompetisi untuk merebut perhatian dan suara mereka, namun peserta pemilu juga harus memberikan literasi politik digital yang baik dan sehat.  

Sekitar satu dekade terakhir, kita telah menyaksikan bagaimana politik elektoral telah menjadi arena ketika kebenaran dan kebohongan berkelindan, sehingga melahirkan kebingungan, konflik sosial, dan polarisasi di masyarakat. Pemilu di pelbagai negara di dunia termasuk Indonesia telah menjadi arena politik post truth, karena batas antara kebenaran dan kebohongan menjadi kabur. 

Politik tidak lagi mengutamakan wacana rasional melainkan argumentasi bersifat emosional yang berakar pada ketakutan, kekhawatiran, dan kebingungan masyarakat. Kondisi ini juga didorong oleh kehadiran teknologi komunikasi digital berbasis internet yang memungkinkan sumber informasi tidak lagi terpusat di satu titik saja, melainkan menyebar di mana-mana. Ruang terbuka siber diyakini oleh politisi sebagai ruang yang efektif untuk melakukan komunikasi politik, kampanye, dan meraih dukungan. Bagi publik, ruang siber digunakan untuk aktualisasi diri dan memberikan dukungan kepada kandidat yang didukungnya.

Pemilih muda 

Pemilih muda pada Pemilu 2024 dikelompokkan menjadi dua generasi. Pertama, generasi milenial yang lahir dalam rentang waktu 1981-1996. Generasi ini disebut juga generasi Y yang sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games, dan smartphone. Kedua, generasi Z yang lahir dalam rentang waktu 1997-2012. Generasi Z adalah generasi setelah generasi milenial yang merupakan generasi peralihan generasi milenial dengan teknologi yang semakin berkembang.

Menurut riset dari Data Reportal, jumlah pengguna media sosial (medsos) di Indonesia menyentuh angka 191,4 juta pada Januari 2022. Angka tersebut ini dilaporkan setara dengan 68,9% total populasi di Indonesia. Riset lain yang dilakukan oleh agensi marketing We Are Social dan Hootsuite mengungkapkan, separuh penduduk di Indonesia sudah aktif menggunakan medsos dengan generasi milenial dan generasi Z mendominasi sebagai pengguna media sosial terbanyak. 

Sedangkan dalam hal partisipasi politik, data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menunjukkan jumlah pemilih muda (baca: milenial) pada Pemilu 2019 sudah mencapai 70–80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Itu artinya 35%–40% pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu. Kita yakin pemilih muda tidak apatis terhadap politik, namun untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam bidang politik diperlukan cara yang berbeda pula untuk mengikuti zamannya.

Urgensi literasi politik digital

Berkaca pada Pemilu 2019, sebagian kalangan memprediksi Pemilu 2024 khususnya pada masa kampanye, sebaran berita bohong (hoaks) dan disinformasi akan semakin meningkat. Tentu kita berharap prediksi itu meleset. Karena kita semua tidak ingin masyarakat semakin terpolarisasi akibat ulah kepentingan politik tertentu yang tidak sehat dan kurang bertanggung jawab.

Pengejawantahan literasi politik digital yang baik menjadi vital keberadaannya dalam kondisi masyarakat dan kaum muda Indonesia saat ini dan ke depan. Para elite politik, parpol, penyelenggara pemilu, dan stakeholder terkait tentu memiliki tanggung jawab dan harus selalu mengupayakannya. Literasi politik digital merupakan aktivitas sosialisasi informasi dan edukasi di dunia digital. 

Selain itu disertai diskusi tentang pelbagai persoalan yang berkaitan dengan politik untuk menciptakan pribadi yang melek politik, tidak mudah dipecah belah. Dengan begitu mereka menjadi warga negara yang cerdas, kritis, bersikap dewasa, sadar akan hak dan kewajiban serta konstruktif dalam memandang politik dan kekuasaan. 

Literasi politik digital dalam konteks pemilu dapat dipahami sebagai kemampuan masyarakat untuk mendefinisikan kebutuhan mereka akan substansi politik terutama terkait pemilu. Mengetahui strategi pencarian informasi apa, siapa, bagaimana, dan mengapa mereka harus memilih. Memiliki kemampuan untuk mengakses informasi seputar figur yang akan mewakili mereka nantinya. 

Kemudian mampu membandingkan dan mengevaluasi pelbagai tawaran politik yang mereka hadapi. Selanjutnya, diharapkan mampu mengorganisasikan, membuat sintesis, serta membentuk jejaring pemilih rasional dalam proses transaksional dengan calon pemimpin yang akan diberi mandat kekuasaan oleh mereka. 

Dari sinilah medsos memiliki peran penting dan efektif dalam praktik literasi politik. Medsos adalah ruang publik baru dalam proses penguatan demokrasi di dunia siber. Internet dapat menjadi perantara terbentuknya struktur masyarakat emansipatif, bijak, dan bebas dari dominasi. Pemilih muda bisa berekspresi meluangkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan mereka dengan bebas tanpa ada rasa canggung dengan meliputi pemahaman terkait politik dan demokrasi partisipatif. Di situ juga warga negara mengetahui bagaimana pemerintahan bekerja secara seharusnya, mengetahui dan berlaku kritis terkait isu-isu krusial yang berkembang.

Kemudahan penggunaan medsos seharusnya sejalan dengan upaya memberikan informasi yang benar, tidak mengabaikan etika dan kebenaran informasi sebelum disampaikan kepada masyarakat dan pemilih muda sebagai pengguna medsos. Hal ini sebagai upaya untuk memberikan edukasi politik yang baik. 

Dalam hal keluasan jangkauan, medsos seharusnya dimanfaatkan untuk membangun jaringan komunikasi politik yang memberikan wawasan dan edukasi positif tentang politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ikatan stratifikasi politik yang melekat di antara pengguna medsos, selayaknya digunakan untuk membangun prinsip keterbukaan komunikasi demi mencapai masyarakat informasi yang cerdas dan demokratis. Semoga.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/513375/pemilih-muda-dan-literasi-politik-digital

Kategori
Opini

Semangat Bernegara Ala Muhammadiyah

Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan digelar di Surakarta, Jawa Tengah, pada 18-20 November 2022, gemanya sudah mulai terasa dalam sebulan terakhir ini. Berbagai kegiatan diselenggarakan untuk menyambut perhelatan yang salah satu agenda terpentingnya adalah pemilihan pimpinan persyarikatan untuk periode 2022-2027. Siapa yang bakal dipilih muktamirin, saya yakin pastilah merupakan kader-kader terbaik Muhammadiyah.

Dalam suasana kemeriahan menyambut muktamar yang sempat tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19 itu, pada minggu pertama Agustus ini saya mendapat kehormatan untuk berbicara pada  acara  yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM) dan  Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tema kedua acara ini bertalian dengan politik di Tanah Air, khususnya politik umat Islam. Dalam tulisan ini, saya akan fokus pada bagaimana  pandangan Muhammadiyah terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini. Hemat saya, ini merupakan salah satu sumbangan terpenting yang diberikan Muhammadiyah, dalam konteks kehidupan bernegara kita sekarang dan yang akaan datang.

Dalam konteks ini, rujukan utama saya adalah sebuah risalah bertajuk Negara Pancasila sebagai Dar Al-Ahadi wa Al-Syahadah, yang diputuskan dalam muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan. Pemikiran Negara Pancasila ini disusun berdasarkan pandangan “Islam berkemajuan” yang menjadi perspektif keislaman Muhammadiyah dewasa ini. Konsep Negara Pancasila ini diharapkan menjadi  rujukan dan orientasi pemikiran serta tindakan, khususnya  bagi warga Muhammadiyah dan umumnya umat Islam di Tanah Air,  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara khusus saya memperoleh buku ini ketika kami, pimpinan MPR RI, bersilaturahim ke kantor PP Muhammadiyah  di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, pada 16 Desember 2019. Waktu itu kami disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr.  Haedar Nasir yang didampingi sejumlah anggota pimpinan teras Muhammadiyah lainnya. Banyak hal yang kami diskusikan, antara lain soal kebangsaan dan amandemen terbatas UUD 1945. Berikut ini adalah beberapa hal pokok yang perlu kita ketahui dari buku Negara Pancasila, yang merupakan buah dari ijtihad kolektif para pemimpin Muhammadiyah.

Dalam pandangan Muhammadiyah, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dijiwai oleh spirit keruhanian sebagaimana tertuang dalam alinea awal pembukaan UUD 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Dalam pandangan Muhammadiyah, diktum-diktum dalam Pembukaan UUD 1945 itu sungguh penting dan mendasar karena mengandung jiwa, filosofi, pemikiran, dan cita-cita bernegara. Oleh karena diktum-diktum dasar itu harus dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan kebangsaan oleh seluruh warga dan penyelenggara negara. Sebab  dalamnya terkandung suasana kebatinan dan spiritualitas yang didasari jiwa keagamaan dari para pendiri bangsa. Mereka  mengakui bahwa kemerdekaan dan berdirinya negara Indonesia,  merupakan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, selain atas dorongan keinginan luhur dari seluruh rakyat. Jika dirujuk pada sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, maka negara Indonesia itu tidak dapat dipisahkan dari jiwa, pikiran, dan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan yang berlandaskan Tauhid. Spirit ruhaniah itu makin kuat ketika  dikaitkan dengan pasal 29 UUD 1945 yang mengakui keberadaan dan kemerdekaan umat beragama untuk menjalankan keyakinan dan kepercayaan agamanya. Dalam Pembukaan UUD 1945 itu terkandung esensi nilai-nilai ketuhanan yang kuat, sehingga Indonesia dapat dikatakan sebagai negara Pancasila yang religius. Bukan negara sekuler yang memisahkan atau menjauhkan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan dari denyut nadi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.

Lebih jauh, Muhammadiyah memandang bahwa Pancasila, yang menjadi falsafah bangsa dan dasar negara, sejalan dengan ajaran Islam. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Negara Pancasila yang mengandung jiwa, pikiran, dan citacita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, menurut Muhammadiyah, dapat diaktualisasikan sebagai “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”  yang berkehidupan maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridha Allah SWT.

Kedudukan Negara Pancasila

Muhammadiyah secara eksplisit menyatakan bahwa Negara Pancasila sebagai dar al-‘ahdi wa al-syahadah.  Yakni sebagai  hasil konsensus nasional (dar al-‘ahdi),  dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla Allah SWT. Dikatakan, bahwa negara ideal yang dicita-citakan Islam adalah negara yang  diberkahi Allah karena penduduknya beriman dan bertaqwa (QS Al-A’raf: 96), beribadah dan memakmurkannya (QS Adz-Dzariyat: 56; Hud: 61), menjalankan fungsi kekhalifahan dan tidak membuat kerusakan di dalamnya (QS AlBaqarah: 11,30), memiliki relasi hubungan dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesama (hablun minannas) yang harmonis (QS Ali Imran: 112), mengembangkan pergaulan antar komponen bangsa dan kemanusiaan yang setara dan berkualitas taqwa (QS Al-Hujarat 13), serta menjadi bangsa unggulan bermartabat, khairu ummah (QS Ali Imran: 110).

Negara Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim tersebut dalam konteks keislaman dan keindonesiaan harus terus dibangun menjadi Negara Pancasila yang Islami dan berkemajuan menuju peradaban utama bagi seluruh rakyat. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah ideologi negara yang mengikat seluruh rakyat dan komponen bangsa. Pancasila bukan agama, tetapi substansinya mengandung dan sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam, yang menjadi rujukan ideologis dalam kehidupan kebangsaan yang majemuk. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Pancasila itu Islami karena substansi pada setiap silanya selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Pancasila terkandung ciri keislaman dan keindonesiaan yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan (humanisme religius), hubungan individu dan masyarakat, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan dan kemakmuran. Melalui proses integrasi keislaman dan keindonesiaan yang positif itu maka umat Islam Indonesia sebagai kekuatan mayoritas dapat menjadi uswah hasanah  dalam membangun Negara Pancasila menuju cita-cita nasional yang sejalan dengan idealisasi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Segenap umat Islam, termasuk di dalamnya Muhammadiyah, harus berkomitmen menjadikan Negara Pancasila sebagai atau negara tempat bersaksi dan membuktikan diri dalam mengisi dan membangun kehidupan kebangsaan yang bermakna menuju kemajuan di segala bidang kehidupan. Dalam Negara Pancasila sebagai Darus Syahadah, umat Islam harus siap bersaing (fastabiqul khairat) untuk mengisi dan memajukan kehidupan bangsa dengan segenap kreasi dan inovasi yang terbaik. Dalam hal ini Muhammadiyah sebagai komponen strategis umat dan bangsa mempunyai peluang besar untuk mengamalkan etos fastabiqul khairat itu dan tampil menjadi a leading force atau kekuatan yang berada di garis depan untuk mengisi dan memimpin Negara Pancasila menuju kehidupan kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sejajar dengan negara-negara lain yang telah maju dan berperadaban tinggi.

Dalam kenyataan hidup berbangsa dan bernegara nilai-nilai Pancasila belum banyak diimplementasikan sehingga penyelenggaraan pemerintahan masih diwarnai penyimpangan antara lain terlihat dari maraknya praktik-praktik korupsi, kekerasan, skandal moral, friksi-friksi dalam masyarakat, eksploitasi sumber daya alam secara tak bertanggungjawab, kemiskinan, dan belum terwujudnya pemerataan atas hasil pembangunan nasional. Sebagian elite dan warga menunjukkan perilaku aji mumpung, menerabas, serta mengedepankan kepentingan diri dan kroni yang merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Sementara kehidupan sosial politik, ekonomi, dan budaya cenderung serba liberal. Pancasila dengan lima silanya yang luhur itu harus ditransformasikan ke dalam seluruh sistem kehidupan nasional sehingga terwujud Indonesia sebagai bangsa dan negara yang benar-benar Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikamanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila harus diberi pemaknaan nilai dan aktualisasi secara terbuka dan dinamis sehingga dapat menjadi rujukan dan panduan yang mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam Negara Pancasila terkandung paham nasionalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan orientasi kebangsaan serta menjadi bingkai pandangan negara-bangsa. Paham nasionalisme serta segala bentuk pemikiran dan usaha yang dikembangkan dalam membangun Indonesia haruslah berada dalam kerangka dasar Negara Pancasila dan diproyeksikan secara dinamis untuk terwujudnya cita-cita nasional tahun 1945. Nasionalisme bukanlah doktrin mati sebatas slogan cinta tanah air minus pembuktian. Nasionalisme harus dimaknai dan difungsikan sebagai spirit, pemikiran, dan tindakan untuk membangun Indonesia secara amanah dan bertanggungjawab menuju terwujudnya cita-cita nasional di tengah badai masalah dan tantangan zaman.

Nasionalisme yang bertumpu pada jiwa dan cita-cita kemerdekaan itu harus mampu menghilangkan benih-benih separatisme dan penyimpangan dalam bernegara. Segala bentuk separatisme yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mencita-citakan bentuk negara yang lain sesungguhnya bertentangan dengan komitmen nasional dan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Demikian pula setiap bentuk penyelewengan dalam mengurus negara seperti korupsi, kolusi, nepotisme, penjualan aset-aset negara, pengrusakan sumber daya alam dan lingkungan, penindasan terhadap rakyat, otoritarianisme, pelanggaran hak asasi manusia, tunduk pada kekuasaan asing, serta berbagai tindakan yang merugikan hajat hidup bangsa dan negara merupakan pengkhianatan terhadap nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan.

Muhammadiyah sebagai kekuatan strategis umat dan bangsa berkomitmen untuk membangun Negara Pancasila dengan pandangan Islam yang berkemajuan. Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. Billahi fi sabilil haq, fastabiqul khairat.

Selamat menyambut muktamar ke-48.

Sumber : https://umj.ac.id/opini/semangat-bernegara-ala-muhammadiyah/

Kategori
Berita Kampus

Semarak Hari Bermuhammadiyah II Universitas Muhammadiyah Jakarta

Universitas Muhammadiyah Jakarta melaksanakan Hari Bermuhammadiyah II pada Sabtu (6/8) bertempat di Masjid At-taqwa Gedung Cendekia UMJ. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UMJ) pada kesempatan tersebut mendapat giliran sebagai penyelenggara Hari Bermuhammadiyah II. Dihadiri sekitar ratusan orang yang terdiri dari sivitas akademika UMJ, warga Muhammadiyah Jabodetabek, dan ortom Muhammadiyah, acara berlangsung hangat dengan suasana kekeluargaan.

Dr. Evi Satispi, M.Si., Dekan FISIP UMJ, menyampaikan harapan atas terselenggaranya Hari Bermuhammadiyah II ini. “Dengan terselenggaranya Hari Bermuhammadiyah diharapkan adanya pembaharuan untuk negara dan bangsa, serta dapat membantu pemilu 2024 dengan jajarannya yang berpatisipasi dalam pemilu tersebut,” harap Evi.

Dekan FISIP UMJ, Dr. Evi Satispi, M.Si. saat memberikan sambutan pada Hari Bermuhammadiyah II, Sabtu, 06 Agustus 2022.

Pada kesempatan tersebut, Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod M.Si menjelaskan bahwa Hari Bermuhammadiyah (HBM) akan rutin diselenggarakan oleh UMJ setiap dua bulan sekali. “HBM yang pertama berbarengan dengan Halal Bihalal UMJ. HBM ini akan menjadi festival bagi warga Muhammadiyah se-Jabodetabek,” kata Mam’un.

Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod, M.Si. saat memberikan sambutan pada Hari Bermuhammadiyah II, Sabtu, 06 Agustus 2022.

Menurutnya, festival yang disebut menggambarkan suasana Hari Bermuhammadiyah yang meriah dan menyenangkan. Pelaksanaan Hari Bermuhammadiyah nantinya akan dilaksanakan secara bergilir oleh fakultas-fakultas. Hari Bermuhammadiyah sekaligus menjadi agenda penandatangan MoU dengan BPJS Kesehatan dan peresmian program Youth Leader Scholarship (YLS).

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Abdul Mu’ti, M.Ed., secara resmi meluncurkan program YLS dengan menabuh bedug dan dilanjutkan oleh Rektor UMJ, Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Dr. Andi Afdal, MBA, AAK., dan Direktur Risk and Compliance Bank Mega Syariah, Marjana.

YLS adalah beasiswa unggulan UMJ sebagai upaya menciptakan sumber daya manusia, terkhusus siswa yang cerdas, berkualitas, dan berjiwa sosial.

Menambah kegembiraan warga Muhammadiyah, khususnya UMJ, pada kesempatan yang sama, Bank Mega Syariah melalui Marjana, selaku Direktur Risk and Compliance Bank Mega Syariah, menyerahkan dana hibah untuk pengembangan fasilitas olahraga di UMJ. “Peresmian lapangan nantinya akan ditandai dengan friendly match antara UMJ dengan Bank Mega Syariah,” ucap Ma’mun

Direktur Risk and Compliance Bank Mega Syariah, Marjana menyerahkan dana hibah untuk pengembangan fasilitas olahraga di UMJ, Sabtu, 06 Agustus 2022.

Marjana menjelaskan bantuan ini sebagai tanda kontribusi Bank Mega Syariah untuk kemajuan UMJ. “Kami ingin ikut berkontribusi mengembangkan kemajuan UMJ. Nantinya kita bisa membuka ruang kerja sama di bidang lainnya,” ucap Marjana. Puncak kegiatan diisi dengan ceramah kebangsaan yang disampaikan oleh Arsul Sani, Wakil Ketua MPR RI dan Prof. Dr. KH Abdul Muti, M.Ed., Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah.

Hari Bermuhammadiyah turut disemarakkan dengan gelaran bazar yang bertempat di Plaza UMJ (di depan Gedung FISIP UMJ). Terdapat 10 (sepuluh) tenant bazaar yang menjual berbagai jenis produk seperti makanan dan minuman hingga pakaian, serta tersedia pula cek kesahatan gratis. Produk dari bazzar dapat dibeli dengan kupon yang didapat oleh seluruh peserta dalam kegiatan ini, yang menjadi penambah kesan kekeluargaan, riang dan gembira bagi seluruh peserta. (JD)

Sumber : https://umj.ac.id/berita-universitas/2022/08/semarak-hari-bermuhammadiyah-ii-universitas-muhammadiyah-jakarta/

Kategori
Berita Kampus

UMJ dan BPJS Kesehatan Tandatangani MoU untuk Peningkatan Sumber Daya Manusia

Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menyelenggarakan Hari Bermuhammadiyah II yang bertajuk Menyongsong Muktamar Muhammadiyah Ke-48: Tajdid Politik untuk Indonesia Beradab dan Bermartabat. Agenda ini digelar di Masjid At-Taqwa Gedung Cendekia Center UMJ, pada Sabtu (6/8/2022) yang dihadiri oleh sivitas akademika, warga Muhammadiyah sekitar Jabodetabek, dan Ortom Muhammadiyah.

Rangkaian acara Hari Bermuhammadiyah II salah satunya diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UMJ dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kedua belah pihak bekerja sama dalam lingkup peningkatan sumber daya manusia, pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat, pengembangan, penelitian, penerbitan dan publikasi ilmiah, studi jaminan kesehatan nasional oleh kedua belah pihak.

Dr. Ma’mun Murod, M.Si. (Rektor UMJ) mewakili UMJ dan Dr. Andi Afdal, MBA, AAK. (Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum BPJS Kesehatan) mewakili BPJS Kesehatan melakukan penandatanganan, dan disaksikan oleh Prof. Dr. KH. Abdul Mu’ti, M.Ed. (Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dan Dr. Rini Fatma Kartika, S.Ag., M.H. (Wakil Rektor III UMJ).

Dr. Andi Afdal, MBA, AA., selaku Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum BPJS Kesehatan mengatakan, bahwa MoU ini sebagai bentuk mempererat hubungan dengan UMJ agar bermanfaat khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. “Kerja sama ini sangat penting dari kampus (UMJ) untuk perbaikan BPJS Kesehatan, karena teman-teman (mahasiswa) memiliki kompetensi akademik dan penelitian yang bagus. Ini akan bermanfaat luar biasa untuk BPJS Kesehatan dan pembangunan kesehatan di tengah masyarakat”, tutur Andi.

Lebih lanjut, Andi berharap kerja sama ini menjadi perbaikan untuk setiap kondisi demografi di Indonesia. “Kami (BPJS Kesehatan) berharap cukup besar, ya. Terutama Muhammadiyah (UMJ) yang memiliki jaringan luas untuk membantu bukan hanya di kota besar, tetapi untuk daerah pedalaman juga, misalnya daerah Timur. Ini menjadi perbaikan untuk setiap kondisi demografi di Indonesia yang berbeda-beda”, tutup Andi.

Penandatanganan MoU tersebut selaras dengan maksud tajuk Hari Bermuhammadiyah II, yaitu sebagai bentuk donasi pemikiran dan semangat humanisasi dan liberasi Muhammadiyah dalam konteks kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal serta upaya untuk mewujudkan sistem politik yang kompatibel dengan kepentingan nasional. (QF/KSU)

Sumber : https://umj.ac.id/berita-universitas/2022/08/umj-dan-bpjs-kesehatan-tandatangani-mou-untuk-peningkatan-sumber-daya-manusia/

Kategori
Berita Kampus

UMJ Luncurkan Youth Leader Scholarship di Hari Bermuhammadiyah

Sabtu (06/08), bersamaan dengan rangkaian acara Hari Bermuhammadiyah II yang dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, dosen, dan tenaga kependidikan, UMJ resmi meluncurkan program Youth Leader Scholarship (YLS). Program beasiswa yang ditujukan bagi calon pemimpin muda masa depan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas di UMJ.

Sebagai salah satu amal usaha, UMJ turut bertanggung jawab dalam mensyiarkan agama Islam dan dakwah Muhammadiyah. Bersamaan dengan Hari Bermuhammadiyah II, peluncuran YLS semakin menambah esensi dakwah Muhammadiyah. Program YLS merupakan wujud pengejawantahan syiar dakwah Muhammadiyah, sebab YLS dirancang untuk menciptakan calon pemimpin muda masa depan demi memenuhi kebutuhan umat. Melalui program ini diharapkan dapat menghasilkan pemimpin muda Indonesia yang cerdas baik intelektual, spiritual maupun sosial.

Program YLS akan mewadahi siswa/i lulusan SMA/MS/SMK/sederajat, yang pernah menjadi Ketua/Sekretaris Organisasi Siswa Intra Sekolah atau Ketua/Sekretaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Potensi kepemimpinan yang dimiliki oleh para siswa tersebut perlu difasilitasi salah satunya dengan memberikan beasiswa untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Tidak hanya sekedar mendapatkan beasiswa, penerima YLS akan difasilitasi dalam kegiatan pengembangan kompetensi diantaranya kelas kepemimpinan, keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan, keterlibatan dalam riset dan pengabdian masyarakat, dan kelas pengembangan soft skill dan hard skill.

Program YLS diresmikan secara simbolis oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Abdul Mu’ti, M.Ed. “Atas nama PP Muhammadiyah dan hamba Allah yang telah menjadi donatur untuk Youth Leader Scholarship, selaku ketua BPH UMJ, pada hari ini secara resmi kita luncurkan Program YLS. Mudah-mudahan program ini bisa menjadi salah satu program unggulan UMJ dan salah satu komitmen UMJ untuk melahirkan kader pemimpin bangsa yang berkualitas,” ungkap Mu’ti kemudian dilanjutkan dengan menabuh bedug sebagai simbolis peresmian program YLS.

Penabuhan bedug kemudian dilanjutkan dengan Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod, M.Si., Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Dr. Andi Afdal, MBA, AAK., dan Direktur Risk and Compliance Bank Mega Syariah, Marjana yang juga turut hadir dan terlibat dalam Hari Bermuhammadiyah II yang digelar di Masjid At-Taqwa Gedung Cendekia UMJ.

Tahun akademik 2022/2023, UMJ akan menerima 25 siswa bergabung menjadi bagian dari YLS. Pendaftaran dapat dilakukan melalui laman https://s.umj.ac.id/YLS  sampai tanggal 31 Agustus 2022.

Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod, M.Si., saat ditemui di sela kegiatan mengatakan, “model pemberian beasiswa yang terbilang baru. Ditujukan untuk siswa yang punya kelebihan khusus sebagai aktivis, baik ketua atau sekretaris OSIS dan IPM kalau di (sekolah) Muhammadiyah. Nanti aktivis ini akan berkembang menjadi leader di masa depan. Tentu mereka akan dididik menjadi leader. Juga akan diberikan pelatihan lainnya yang bisa menopang untuk menjadi leader.”

Ma’mun mengajak kepada seluruh siswa lulusan SMA/MA/SMK bergabung dalam program YLS untuk menjadi pemimpin muda masa depan untuk mencapai Indonesia yang maju. (DN/KSU)

Sumber : https://umj.ac.id/berita-universitas/2022/08/umj-luncurkan-youth-leader-scholarship-di-hari-bermuhammadiyah/

Kategori
Berita Kampus

Riana Oktavia Mahasiswi Ilmu Poltik FISIP UMJ Raih Medali pada Kejuaraan Pencak Silat Dunia 2022 di Malaysia

Tim Indonesia berhasil menjadi juara umum dalam ajang 19th World Pencak Silat Championship 2022 yang digelar di Melaka International Trade Centre (MITC) Malaysia pada (25-31/08/2022). Kejuaran itu diikuti lebih dari 500 pesilat dari 40 negara. 

Indonesia berhasil meraih total 11 (sebelas) medali emas, 9 (sembilan) perak, dan 8 (delapan) perunggu. Dalam kejuaran tersebut, Indonesia mengirimkan 37 pesilat untuk tampil, salah satunya berasal dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang turut menyumbangkan raihan medali perunggu yakni Riana Oktavia, mahasiswi Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Riana berhasil menyabet medali perunggu kategori regu putri bersama Riva Hijriah dan Eny Tri Susilowati. Pada kejuaran tersebut terdapat dua kategori yaitu tanding dan seni. Dalam kategori seni ada beberapa bagian seperti seni tunggal, seni ganda, seni beregu, dan seni solo creative.

“Untuk saya sendiri, kemarin saya megikuti World Pencak Silat Championship 2022 berada di nomor beregu putri,”ujar Riana.

Perjalanan Riana untuk bisa membawa medali dari kejuaraan tersebut tidak mudah. Ia menuturkan bahwa untuk bisa mengikuti pertandingan membutuhkan waktu dan proses yang lama. Ia dituntut untuk melakukan latihan pagi dan sore, tidak lupa menambah porsi latihan individu.

“Kita harus menambah latihan individu seperti memantapkan teknik atau strategi yang kita punya untuk melumpuhkan lawan di gelanggang. Teknik itu harus selalu diasah agar kita selalu terbiasa saat bertemu lawan di gelanggang dan bisa menjadi bekal kita untuk kemenangan,” sambung Riana.

Raihan tersebut tidak lantas membuat Riana puas, ia menyampaikan bahwa masih memiliki target dan harapan yang ingin dicapai yakni menorehkan kembali kemenangan untuk Indonesia. “Membanggakan negara sendiri di kancah dunia dengan event-event besar selanjutnya yang ada di depan sana”.

Wakil Rektor IV UMJ , Dr. Septa Candra, S.H, M.H., mengapresiasi raihan prestasi yang didapatkan oleh Riana yang telah mendapatkan raihan medali perunggu pada kejuaran pencak silat dunia.

“Setiap prestasi mahasiswa itu harus dihargai. Mottonya, tiada hari tanpa prestasi dan tiada prestasi tanpa apresiasi, karena kita akan apresiasi supaya mahasiswa terpacu untuk menciptakan prestasi sesuai minat, bakat, penalaran, sampai kreativitas,” ucap Septa.  (FZ)

Kategori
Agenda Kampus

HARI BERMUHAMMADIYAH II dan Launching Youth Leader Scholarship (YLS)

Universitas Muhammadiyah Jakarta akan menyelenggerakan beberapa agenda pada Sabtu, 6 Agustus 2022.

  1. HARI BERMUHAMMADIYAH  II (Menyongsong Muktamar Muhammadiyah ke 48: Tajdid Politik untuk Indonesia Beradab dan Bermartabat
  2. Launching Youth Leader Scholarship (YLS)
  3. MoU antara UMJ dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo dan BPJS Kesehatan
Kategori
Berita Kampus

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi FISIP UMJ menggelar Webinar Nasional bertajuk “Strategi Digitalisasi Pemasaran dan Kampanye Politik Pada Pemilu 2024”

Menakar Efektivitas Kampanye dan Pemasaran Digital Pada Pemilu 2024

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar Webinar Nasional bertajuk “Strategi Digitalisasi Pemasaran dan Kampanye Politik Pada Pemilu 2024”, Jumat (29/7/2021).

Webinar yang digelar secara hybrid ini menghadirkan beberapa nasumber, antara lain Hendri Satrio (Pakar Komunikasi Politik/Founder Lembaga Survei KedaiKOPI), Mardani Ali Sera (Poltisi PKS/Anggota DPR RI), Pilar Saga Ichsan (Politisi Muda Golkar/Wakil Walikota Tangerang Selatan), dan Trisno Muldani (Perwakilan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMJ).

Sementara itu sebagai pengantar, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UMJ, Dr. Evi Satispi, M.Si dan Dr. Aminah Swarnawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UMJ. Serta, Peneliti BRIN dan juga pengajar Marketing Politik UMJ, Prof. Siti Zuhro.

Dalam pengantarnya, Dr. Aminah Swarnawati, M.Si mengatakan bahwa digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan di Era digital. Mengingat segmen pasar hari ini adalah milenial dan gen Z, sehingga dalam menyambut pemiliu mendatang, para politisi maupun partai politik harus bisa beradaptasi.

“Karena mereka (milenial dan gen-z) merupakan digital native, sedangkan generasi sebelumnya merupakan digital immigrant. sehingga kata kuncinya ialah adaptasi dan kolaborasi,” tuturnya.

Aminah menambahkan, media konvensional mungkin penting sebagai media pemasaran politik, namun masyarakat selaku pengguna saat ini telah lebih banyak yang bergeser ke digital. Sehingga pemasaran politik di media digital menjadi penting untuk didiskusikan.

Sementara itu, Dekan FISIP UMJ, Dr Evi Statispi, M.Si menyatakan bahwa fenomena serba elektronik seharusnya menjadi dasar untuk menggunakan instrument digital dalam pelaksanaan pemilu mendatang. Penyelenggara pemilu dalam hal ini didorong melakukan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Evi berpesan kepada mahasiswa agar berperan aktif dalam mensosialisasikan cara memilih pemimpin yang baik.

“Mudah-mudahan dengan strategi yang baik, yang dilaksanakan dengan cara baik, tidak akan ada lagi praktik curang dalam pemilu, sehingga dapat menghasilkan terpilihnya pemimpin yang baik,” tandasnya.

Dalam paparan yang merupakan hasil diskusi mahasiswa, Trisno Muldani menyoroti tingginya biaya kampanye yang dilakukan oleh partai politik di Pemilu 2019 lalu, di mana tiga partai teratas ialah oleh Perindo, PSI, dan Hanura. Mereka lebih banyak mengalokasikan biaya kampanye tersebut untuk membayar iklan di media konvensional, seperti televisi, media massa maupun baliho.

“Padahal dari sisi perolehan suara justru berbanding terbalik. Justru partai yang belanja iklan politik itu mendapatkan suara sedikit, dan partai yang sudah mapanlah yang memperoleh suara yang tinggi di DPR,” ujar Trisno.

Trisno melanjutkan, saat ini seharusnya media digital lebih dipilih sebagai instrumen pemasaran dan kampanye politik. Karena ada empat kelebihan di dalamnya, yakni dari sisi target pasar, biaya, waktu, dan komunikasi, media digital jauh lebih unggul dibanding media konvensional.

“Sehingga, anggaran kampanye yang tinggi, bisa dialokasikan untuk hal yang lebih krusial misalnya pendidikan politik untuk masyarakat, agar meningkatkan jumlah pemilih rasional,” tuturnya.

Namun patut digaris bawahi, lanjut Trisno, penggunaan media sosial juga jangan sampai menumbuhkan lebih banyak kampanye-kampanye digital yang berisi hoaks dan kampanye hitam.

“Karenanya, penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU maupun Bawaslu harus memperhatikan hal ini, jangan sampai kondisi keterbelahan di tahun 2019 lalu terjadi kembali di Pemilu mendatang” tegasnya.

Lebih lanjut, Trisno mendorong e-voting dilaksanakan pada pemilu mendatang. Karana berdasarkan data, pengguna internet di Indonesia saat ini sudah mencapai 220 juta, dan 60 persennya merupakan pemilih milenial. Sehingga, e-voting menurut Trisno menjadi alternatif untuk menjadikan pemilu mendatang lebih efektif, efisien, dan jujur.

“Karena jika mengaca pada pandemi lalu, masyarakat dipaksa menggunakan aplikasi Peduli Lindungi, dan mereka dapat menggunakannya. Selain itu untuk mengisi bensin, masyarakat juga dipaksa untuk memakai aplikasi. Jadi kenapa tidak, masyarakat juga diajak untuk mengikuti pemilu secara e-voting,” demikian Trisno.

Realitas Berdasarkan Survei dan Fakta Lapangan

Lain halnya dengan Pengamat Politik Hendri Satrio, yang menyebut bahwa aktivitas di media sosial tidak berbanding lurus dengan elektabilitas partai politik maupun politisi. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh KedaiKOPI, bahwa media yang paling dipercaya masyarakat saat ini masih dipegang oleh media konvensional seperti televisi, sementara media sosial menjadi media paling tidak dipercaya oleh publik.

“Bahkan, suka atau tidak suka, selain TV, yang bisa diandalkan dan efektif ialah baliho-baliho. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan media digital, selain tentunya harus dilihat dulu ceruk pemilihnya” kata Hendri.

Terkait pemilih pemula, Hendri juga mengungkap bahwa anak-anak muda yang memenuhi media sosial saat ini masih belum menjadi pemilih yang independen. Hal ini berdasarkan data, di mana pilihan politik mereka masih terpengaruh oleh orang lain.

“Anak-anak yang baru mencoblos di 2024, pada saat memilih dipengaruhi pilihan orang lain, misalnya orang tua mereka,” kata Hendri Satrio.

Efektivitas kampanye di media sosial sebenarnya dirasakan betul oleh Politisi PKS Mardani Ali Sera. Ia mengungkapkan, pengalamannya di pemilu legislatif 2019 lalu, ia lebih banyak membuat e-spanduk dan e-flyer ketimbang mencetak baliho-baliho konvensional.

“Digitalisasi menjadi cara mudah untuk mempengaruhi audiens. Lewat media sosial yang saya punya, saya dengan mudah menjangkau orang di daerah saya, dan juga lebih efektif,” ujar dia.

Meski demikian, Mardani menegaskan bahwa ‘pasukan darat’ juga tidak bisa dikesampingkan. Karena, kata dia, suka saja tidak cukup, karena harus bisa memastikan mereka yang suka itu harus juga memilih.

Senada dengan Mardani, kampanye digital juga dimanfaatkan oleh Politisi Muda Golkar yang juga Wakil Walikota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan. Menurutnya, kampanye digital bisa menjangkau dengan mudah pemilih yang menggunakan media sosial.

“Pengalaman di Tangerang Selatan, dimana sebagian besar telah menggunakan media sosial, itu kami maksimalkan untuk meraup suara. Namun tetap harus dengan strategi, karena media sosial menyesuaikan dengan karakteristik, usia, pendidikan, akan berbeda” ungkap Pilar.

Namun terlepas dari itu semua, Peneliti BRIN dan Pengajar di Magister Ilmu Komunikasi UMJ, Prof. Siti Zuhro menegaskan, yang terpenting dalam menyambut pemilu mendatang ialah pembenahan pola kampanye partai politik. Menurutnya, Parpol harus berbenah dan memberikan pendidikan politik bagi masyarakat.

Terkait digitalisasi, Siti Zuhro menuturkan, fenomena ini juga harus menjadi perhatian partai politik. Karena hal ini merupakan salah satu upaya agar publik merasakan kehadiran partai politik.

“Karena bagi partai politik kampanye merupakan hal yang terus menerus diadakan. Partai harus mempu adaptif, inovatif dan menghadapi kebaruan, sebab jika tidak, animo masyarakat akan menurun,” demikian Prof. Siti Zuhro.

Kategori
Berita Kampus

UMJ Tanda Tangani MOU dengan Palestinian Cultural Organization Malaysia

Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Ma’mun Murod M.Si hari Kamis (28/7) menandatangani dokumen memo kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Palestinian Cultural Organization Malaysia (PCOM) sebuah NGO Palestina yang berkantor di Kuala Lumpur Malaysia. Hadir dalam penandatanganan MOU itu secara virtual Ketua PCOM Muslim Imran.

Penandatanganan MOU antara UMJ disusul kemudian dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MOA) antara Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMJ Dr. Evi Satispi M.Si dengan PCOM yang diwakili Muslim Imran.

Sebagai bentuk awal kegiatan antara UMJ dengan PCOM, Program Studi Magister Ilmu Politik dan Program Studi Ilmu Politik merencanakan kegiatan seminar internasional pada bulan Agustus 2022. Oleh karena itulah maka satu dokumen lagi ditandangani antara Kaprodi Magister Ilmu Politik Dr. Asep Setiawan bersama Kaprodi Ilmu Politik Dr. Usni dengan Ketua PCOM Muslim Imran.

Dengan semua dokumen ditandatangani mulai dari MOU, MOA dan Agreement of Implementation maka UMJ memulai babak baru kerjasama dengan NGO Palestina di Malaysia dalam hal kegiatan akademik seperti seminar dan workshop yang dapat menghasilkan karya ilmiah.

Seminar Internasional  sebagai tindak lanjut penandatanganan kerjasama ini adalah International Seminar: Palestine Issues: Perspective Social, Cultural and Humanitarian. Acara seminar dijadwalkan pada bulan Agustus 2022 antara lain dihadiri Muslim Imran.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Ma’mun Murod menyatakan mendukung adanya kerjasama antara UMJ dengan PCOM yang berkantor di Kuala Lumpur Malaysia. Dalam kesempatan ini Rektor UMJ mengajak Muslim Imran agar ada mahasiswa Palestina yang ikut belajar di kampus UMJ.

Sementara itu Dekan FISIP UMJ Evi Satispi juga berharap dengan kerjasama ini selain menghasilkan sejumlah kegiatan ilmiah tetapi juga mengundang mahasiswa baru asal Palestina. Setelah MOU dan MOA ini, Dekan FISIP berharap ada kegiatan yang bermanfaat untuk FISIP UMJ dan juga PCOM.

Muslim Imran juga senang adanya kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Diharapkan adanya kerjasama ini dapat meningkatkan saling pengertian antara bangsa Palestina dan Indonesia.

            Dalam dokumen Agreement of Implementation ini disebutkan bahwa tujuan kerjasama ini adalah untuk mengukuhkan kerjasama dalam pengembangan dan diseminasi riset ilmiah dan kebijakan melalui seminar internasional untuk memperkuat publikasi dan kampanye isu terkait Palestina. Diharapkan melalui seminar ini hasilnya dapat dikirim ke berbagai jurnal baik nasional maupun internasional. ***

Nara hubung:

  1. Kepala Kantor Kerjasama Internasional UMJ Endang Zakaria 081210777647
  2. Kaprodi Magister Ilmu Politik Dr. Asep Setiawan 08567980840
Kategori
Berita Kampus

Prof. Dr. Azhari Aziz Samudra, M.Si. Jabat Ketua Prodi Doktor Administrasi Publik FISIP UMJ

REKTOR Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dr. Ma’mun Murod, M.Si. Rabu (27/7) melantik Prof. Dr. Azhari Aziz Samudra, M.Si sebagai Ketua Program Studi Doktor Administrasi Publik FISIP UMJ.

Dalam sambutannya Ma’mun Murod menyampaikan apresiasi atas berdirinya Program Studi (Prodi) Doktor Administrasi Publik. “Terbentuknya Prodi Doktor di FISIP UMJ memberikan harapan besar kepada semua ketua prodi di lingkungan UMJ untuk dapat mengembangkan UMJ melalui program-program unggulan di prodi masing-masing,” jelasnya.

Sedangkan Azhari menyatakan bahwa Doktor Administrasi Publik akan diarahkan pada konsentrasi kebijakan bencana (mitigasi) dan resiko-resikonya. “Dimana, calon mahasiswa diharapkan memenuhi harapan kebutuhan kebijakan publik di masa mendatang,” ungkap Azhari. Di sisi lain, Dekan FISIP UMJ Dr. Evi Satispi, M.Si menyampaikan bahwa Program Studi Doktor merupakan harapan besar bagi FISIP UMJ. “Program Studi Doktor diharapkan dapat menjadi center of excellent administrasi publik yang berorientasi pada pemecahan masalah kontemporer,” jelasnya. “Program Doktor Administrasi Publik ini dibentuk atas dasar keinginan yang kuat dari dosen Administrasi Publik khususnya dan dosen FISIP UMJ secara umum yang telah membantu sampai dengan dilantiknya Ketua Prodi Doktor Administrasi Publik,” lanjut Evi. Sementara Prof. Dr. H. Agus Suradika, M.Pd., selaku Sekretaris BPH UMJ menyatakan Ketua Prodi Doktor yang merupakan guru besar harus menjadi pemantik dosen lainnya. “Sehingga dapat menciptakan akselerasi yang unggul dan semakin meningkatnya guru besar di UMJ akan mengembangkan dosen pada pemenuhan Catur Dharma,” ujar Agus. (RO/OL-15)

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/510183/azhari-aziz-jabat-ketua-prodi-doktor-administrasi-publik-fisip-umj