Kategori
Berita Kampus

Praktisi PR Tidak Boleh Memberikan Janji Palsu

Program Studi Ilmu Komunikasi menggelar kegiatan praktisi mengajar Public Relations, tema yang diangkat adalah “How to Deal With PR Crisis.” Communication and PR Manager IKEA Indonesia Metha Tri Rizka mengatakan seorang Public Relation harus memiliki sifat jujur, terbuka dan tidak memberikan janji palsu kepada customer“.

Kegiatan dihadiri oleh Ketua Prodi Ilkom FISIP UMJ Dr. Oktaviana Purnamasari, M.Si., Sekprodi Ilkom FISIP UMJ Jamiati KN, S.I.Kom., M.I.Kom., dan beberapa dosen FISIP UMJ. Digelar secara hybrid, sebanyak 50 peserta mengikuti secara langsung praktisi mengajar di Aula Kasman Singodimedjo FISIP UMJ (22/11).

Metha dihadirkan sebagai praktisi untuk mengajar dan membagi pengalaman pada dunia Public Relation yang telah dijalani. Metha banyak menjelaskan terkait bagaimana strategi perusahaan dalam pembangunan yang berkelanjutan termasuk keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial.

Lebih lanjut, Metha menegaskan bahwa seorang Public Relation harus memiliki sifat jujur, terbuka dan tidak memberikan janji palsu kepada customer. “Krisis PR adalah suatu krisis yang terjadi ketika sebuah perusahaan atau brand mendapat publisitas negatif, memalukan, bahkan merusak citra brand tersebut. Namun seorang PR tidak boleh panik berlebihan dalam menangani sebuah masalah,” jelas Metha.

Pada akhir acara, Metha memberikan sebuah studi kasus untuk peserta dapat memberikan solusi dan jalan keluar dari masalah tersebut. Hal ini mendorong peserta untuk berpikir sebagai PR sesungguhnya dalam sebuah perusahaan. Hal ini selaras dengan Dr. Oktaviana Purnamasari, M.Si., sebab kemanapun mahasiswa dapat dilihat sejauh mana memahami mata kuliah Public Relation.

Pada kesempatan tersebut Okta menyampaikan bahwa hasil yang diperoleh oleh mahasiswa akan didiskusikan bersama pemateri. “Kesempatan yang sangat bagus sebab teman-teman dapat langsung menyelesaikan persoalan PR bersama narasumber yang kompeten,” tutur Okta.

Acara berlangsung lancar dan kondusif, dipandu oleh Tria Patrianti, M.I.Kom., dosen ilmu komunikasi FISIP UMJ. Forum menjadi lebih hidup karena peserta yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi antusias untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait brand perusahaan yang dijadikan studi kasus.

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi mengikuti kegiatan Praktisi Mengajar How to Deal with PR Crisis, di Aula Kasman Singodimedjo FISIP UMJ, pada Selasa (22/11).

Praktisi Mengajar Public Relations bertujuan untuk mahasiswa mampu membuat strategi serta pengelolaan isu dan krisis dalam komunikasi. FISIP UMJ memiliki program studi Ilmu Komunikasi, yang terdiri dari tiga konsentrasi, diantaranya Public RelationsBroadcasting, dan Advertising. (KSU/MN)

Sumber : https://umj.ac.id/kabar-kampus/2022/11/praktisi-pr-tidak-boleh-memberikan-janji-palsu/

Kategori
Berita Kampus

Prof. Young-Hoon: Korea Selatan Maju Karena Pendidikan

Korea Selatan menjadi negara maju karena pendidikan, ini merupakan konsekuensi pertumbuhan ekonomi dari sumber daya manusia yang didampingi dengan investasi terhadap penelitian dan pengembangan, serta pemanfaatan sistem digital. Hal tersebut disampaikan oleh President of the Korea Local Government Municipal Police Institute Prof. Young-Hoon AHN, Ph.D., dalam Kuliah Umum dengan tema “South Korean Political System”, yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) secara hybrid di Auditorium FISIP UMJ serta zoom meetings, Senin (14/11).

Walaupun Korea Selatan sudah menjadi negara maju, Young-Hoon mengutarakan bahwa ada beberapa polemik yang dihadapi yaitu masalah sosial yang muncul, keterbatasan pertumbuhan di bawah paradigma masyarakat industri yang ada, tantangan global, dan ketidakstabilan politik di semenanjung Korea menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa demokrasi di Korea Selatan dan negara lain mengalami kemunduran dikarenakan pemilihan umum yang dilaksanakan tidak menghasilkan pemimpin yang baik sehingga timbul demonstrasi, contohnya di Seoul yang hampir setiap minggu terjadi.

Dengan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan politik tersebut. Young-Hoon mengatakan salah satu solusi yang tepat adalah adanya layanan e-government yang lebih disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berfungsi sebagai, “meningkatkan partisipasi warga negara dan kekuatan mengatur diri sendiri, kemudian bekerja sama, berbagi, dan menghilangkan hambatan dalam masyarakat yang terbuka dan transparan melalui informasi,” ungkap Young-Hoon.

Selain Young-Hoon, agenda dihadiri oleh Debbie Affianty Lubis, M.Si., Director of Laboratory of Indonesian and Global Studies (LIGS), serta Cecep Effendi, Ph.D., Dosen FISIP UMJ. Kegiatan ini dimoderatori oleh Akademisi FISIP UMJ Ali Noer Zaman, MA. dan diikuti juga oleh kurang lebih 50 (lima puluh) sivitas academika di ruang lingkup fakultas.

Selaras dengan Young-Hoon, Cecep Effendi mengungkapkan bahwa Korea Selatan adalah negara kecil, yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah, dan memiliki sejarah kelam seperti Indonesia. Oleh karena itu, sumber daya manusia dikembangkan dengan baik oleh pemerintah Korea Selatan dan atas kesadaran masyarakatnya juga untuk meningkatkan perekonomian dan memajukan negara. “Indonesia harus banyak belajar dari Korea Selatan, salah satunya adalah dalam hal pendidikannya,” ujarnya.

Menyinggung politik perempuan di Korea Selatan dan Indonesia, menurut Cecep permasalahannya adalah kuota yang tersedia tidak secara nyata diajukan dalam pemilihan umum. “Di samping pentingnya kuota bagi calon perempuan, yang menjadi urgensi adalah untuk memberi pemahaman pemilih agar proses perempuan dalam pemilihan umum dapat didukung. Karena perempuan terpilih di kursi DPR/DPRD itu penting,” tutur Cecep.

Debbie Affianty Lubis menjelaskan alasan sistem politik Korea Selatan menjadi materi dalam Kuliah Umum. Menurutnya, Korea Selatan dekat dengan Indonesia dalam hal teknologi, budaya, bahkan makanan. “Kita ingin tahu mengapa Korea Selatan bisa go internasional. Kita mau Indonesia bisa juga dari sisi budaya, intelektual, apapun itu untuk kemajuan bangsa. Setelah ditelaah, ternyata politik sistem di Korea Selatan itu memajukan dan membuka seluas-luasnya untuk siapapun yang ingin maju di bidang pendidikan, riset dan pengembang, serta perkembangan IT (Information and Technology). Kita sebagai bangsa Indonesia punya modal banyak untuk memajukan negara seperti tingkat penduduk, produk intelektual, makanan, budaya, dan keanekaragaman etnis di Indonesia,” jelas Debbie.

Foto bersama setelah agenda Kuliah Umum, di Auditorium FISIP UMJ, Senin (14/11).

Kuliah Umum FISIP UMJ dengan LIGS akan diselenggarakan secara rutin dari berbagai negara, sehingga mahasiswa dapat memiliki wawasan lebih luas untuk menghargai keberagaman dan dapat mengambil hikmah dari negara yang sudah lebih maju. Lebih lanjut, dari kegiatan seperti ini UMJ akan lebih banyak bekerja sama dengan universitas di luar negeri, dalam hal riset, penulisan, atau publikasi ilmiah. (QF/KSU)

Sumber : https://umj.ac.id/kabar-kampus/2022/11/prof-young-hoon-korea-selatan-maju-karena-pendidikan/